Selasa, 25 Februari 2014

Pituture Simbah (Nasehat Kakek - Filsafat Jawa)

1. URIP IKU URUP

Hidup itu bernyala, hendaknya kita memilih hidup yg memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Kian besar manfaat yg kita berikan, kian baiklah pribadi orang itu. Sangatlah mungkin, filosofi ini merujuk pada hadist Rosululloh ﷺ, “Sebaik² manusia adalah yg paling bermanfaat bagi orang lain.”

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس
Artinya : Diriwayatkan dari Jabir berkata, “Rosululloh ﷺ bersabda, ‘Orang beriman itu bersikap ramah, dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik² manusia, adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia’.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
عن ابن عمر ، أن رجلا جاء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقال : يا رسول الله أي الناس أحب إلى الله ؟ وأي الأعمال أحب إلى الله عز وجل ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « أحب الناس إلى الله أنفعهم للناس ، وأحب الأعمال إلى الله سرور تدخله على مسلم ، أو تكشف عنه كربة ، أو تقضي عنه دينا ، أو تطرد عنه جوعا ، ولأن أمشي مع أخ لي في حاجة أحب إلي من أن أعتكف في هذا المسجد ، يعني مسجد المدينة ، شهرا ، ومن كف غضبه ستر الله عورته ، ومن كظم غيظه ، ولو شاء أن يمضيه أمضاه ، ملأ الله عز وجل قلبه أمنا يوم القيامة ، ومن مشى مع أخيه في حاجة حتى أثبتها له أثبت الله عز وجل قدمه على الصراط يوم تزل فيه الأقدام »
Artinya : Dari Ibnu Umar, bahwa seorang lelaki mendatangi Rosululloh ﷺ dan berkata, “Wahai Rosululloh, siapakah orang yang paling diicintai ﷲ..? dan amal apakah yang paling dicintai ﷲ سبحانه وتعالى..?” Rosululloh ﷺ menjawab, “Orang yang paling dicintai ﷲ, adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia; dan amal yang paling dicintai ﷲ, adalah kebahagiaan yang engkau masukkan ke dalam diri seorang muslim, atau engkau menghilangkan suatu kesulitan, atau engkau melunasi hutang, atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan, lebih aku sukai daripada aku beri’tikaf di Masjid ini — yaitu Masjid Madinah— selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya, maka ﷲ akan menutupi kekurangannya; dan barangsiapa menahan amarahnya, padahal dirinya sanggup untuk melakukannya, maka ﷲ akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan, sehingga tertunaikan (keperluan) itu, maka ﷲ akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani) Hadits ini dihasankan oleh Syeikh al Albani di dalam kitab “at Targhib wa at Tarhib” (2623)
2. MEMAYU HAYUNING BAWONO, AMBRASTHO DUR HANGKORO

Hendaknya tiap manusia mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, kesejahteraan sekaligus memerangi semua sifat² angkara murka, serakah, tamak & rakus.

3. SURO DIRO JOYONINGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI

Segala sifat² keras kepala, keras hati, picik, & angkara murka; hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati & sabar.

4. NGLURUG TANPO BOLO, MENANG TANPO NGASORAKE, SEKTI TANPO AJI², SUGIH TANPO BONDHO

Berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan/mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kejayaan, & keturunan. Kaya tanpa didasari hal² yg bersifat kebendaan & materi.

5. OJO MILIK BARANG KANG MELOK, OJO MANGRO MUNDHAK KENDHO

Jangan tergiur pada hal² yg nampak mewah ataupun indah, dan jangan plin-plan atau berfikir menduka; agar niat dan semangat kita tidak menjadi layu atau kendor.

6. DATAN SERIK LAMUN KETAMAN, DATAN SUSAH LAMUN KELANGAN

Jangan terlalu mudah sakit hati ketika ditimpa musibah, & jangan susah manakala kehilangan sesuatu.

7. OJO GUMUNAN, OJO GETUNAN, OJO KAGETAN, OJO ALEMAN, LAN OJO GELEMAN

Jangan mudah terheran² atau terlalu kagum, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut dengan sesuatu, jangan mudah manja atau ngambek, & jangan mau mengambil yg bukan hak kita.

8. OJO KETUNGKUL MARANG KALUNGGUHAN, KADONYAN, LAN KAMAREMAN

Janganlah terobsesi oleh keinginan merebut kedudukan, kebendaan, dan kepuasan duniawi.

9. OJO KUMINTER MUNDHAK KEBLINGER, OJO CIDRO MUNDHAK CILOKO

Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan curang agar tidak celaka.

10. OJO ADIGANG, ADIGUNG, LAN ADIGUNA

Jangan merasa sok hebat, sok berkuasa, sok besar, sok kaya, ataupun sok sakti/pintar.

11. SOPO WERUH ING PANUJU, SASAD SUGIH PAGER WESI

Siapa yg bercita² luhur/mulia, maka akan tertuntun jalan hidupnya.

12. ALANG² DHUDHU ALING², MARGINING KAUTAMAN

Persoalan² dalam kehidupan itu bukanlah penghambat, ia justru jalan bagi kesempurnaan. Masalah² itu bukan penghambat kehidupan, justru dengan masalah maka akan semakin mendewasakan kita.

▬▬▬▬▬▬▬▬~ஜ۩۞۩ஜ~▬▬▬▬▬▬▬▬
Ѽ҇҇҇҇҇҇҇Ѽ'҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅ '۞ ۩ ♥♥♥♥♥♥ ۩ ۞'҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅҅ 'Ѽ҇҇҇҇҇҇҇Ѽ


--Baksos & Kopdar Akbar IKARAGIL--

Sabtu, 15 Februari 2014

50 Nasihat Luqman Al-Hakim Kepada Anaknya


Nasehat Terbaik Dari Seorang Ayah Yang diabadikan dalam Al-Quran

Ialah Luqman Al-Hakim, seorang ayah yang penuh dengan hikmah kebijaksanaan, mengajarkan kepada anaknya ilmu yang datang dari sisi ﷲ سبحانه وتعالى. Beliau pernah berpesan dan memberikan lebih dari 50 nasihat kepada anaknya. Di antaranya ialah:

1. “Wahai anak kesayanganku..! ﷲ سبحانه وتعالى memperhatikan dirimu dalam kepekatan malam, semasa engkau sholat atau tidur terlena di belakang tabir di dalam istana. Dirikanlah sholat dan janganlah engkau merasa ragu untuk meninggalkan perkara makruh, serta melempar jauh² segala kejahatan dan kekejian.”

2. “Wahai anakku..! Selalulah berharap kepada ﷲ سبحانه وتعالى tentang sesuatu yang menyebabkanmu untuk tidak mendurhakai-Nya. Takutlah kepada  ﷲ سبحانه وتعالى dengan sebenar² takut (takwa), maka dengan begitu tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat-Nya.

3. “Wahai anakku..! janganlah engkau mempersekutukan ﷲ سبحانه وتعالى (dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kedzaliman yang besar.”

4. “Wahai anakku..! Bersyukurlah kepada Tuhanmu karena kurnia-Nya. Orang yang mulia tidak mengingkari Penciptanya kecuali orang² yang kufur.”

5. “Wahai anakku..! Bukanlah satu kebaikan namanya, bilamana engkau selalu mencari ilmu, tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubahnya seperti orang yang mencari kayu api, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mau menambahkannya.”

 6.  “Wahai anakku..! Ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Jika engkau ingin selamat, maka janganlah sampai ikut²an karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama TAKWA, isinya ialah IMAN dan layarnya adalah TAWAKKAL kepada ﷲ سبحانه وتعالى.”

7. “Wahai anakku..! Orang² yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari ﷲ سبحانه وتعالى. Orang yang insyaf dan sadar setelah menerima nasihat orang lain, maka dia akan senantiasa menerima kemulian dari ﷲ سبحانه وتعالى juga.”

8.  “Wahai anakku..! Jadikanlah dirimu dalam segala tingkah-lakumu, sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian, atau mengharap sanjungan orang lain, karena itu adalah sifat riya’ yang akan mendatangkan sifat tercela pada dirimu.”

9.   “Wahai anakku..! Janganlah engkau berjalan dengan sombong serta takabur, ﷲ سبحانه وتعالى tidak meridhoi orang² yang sombong dan takabur.”

10. “Wahai anakku..! Jagalah selalu tutur katamu dengan baik, dan haluskan bahasamu, serta maniskan wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain, yang pernah memberikan barang yang berharga.”

11. “Wahai anakku..! Bilamana engkau mau mencari kawan sejati, maka ujilah dia terlebih dahulu dengan berpura² membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsyafkan kamu, maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati²lah.”

12. “Wahai anakku..! Apabila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu darinya. Namun, biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.”

13. “Wahai anakku..! Sesiapa yang penyayang, tentu akan disayangi; sesiapa yang pendiam, akan selamat dari perkataan yang mengandung racun; dan sesiapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor, tentu akan menyesal.”

14. “Wahai anakku..! Bergaul-rapatlah dengan orang² yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata² nasihatnya, karena sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasehatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata²nya, bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.”

15. “Wahai anakku..! Janganlah engkau mudah tertawa, kalau bukan karena sesuatu yang menggelikan hati; janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti; janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada gunanya bagimu; dan janganlah menyia²kan hartamu.”

16. “Wahai anakku..! Sekiranya kamu di dalam sholat, jagalah hatimu; sekiranya kamu makan, jagalah kerongkonganmu; sekiranya kamu berada di rumah orang lain, jagalah kedua matamu; dan sekiranya kamu berada di kalangan manusia, jagalah lidahmu.”

17. “Wahai anakku..! Usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata² yang busuk dan kotor serta kasar, karena engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, berusahalah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.”

18. “Wahai anakku..! Berdiam diri itu adalah hikmah (perbuatan yang bijak), sebab amatlah sedikit orang² yang melakukannya.”

19. “Wahai anakku..! Janganlah engkau mengantarkan orang yang tidak cerdik sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimu saja yang layak menjadi utusan.”

20. “Wahai anakku..! Janganlah engkau bertemankan dengan orang² yang bersifat bermuka dua (munafik), kelak ia akan membinasakan dirimu.”

21. “Wahai anakku..! Sesungguhnya orang² yang bermuka dua (munafik), bukan seorang yang jujur di sisi ﷲ سبحانه وتعالى.”

22. “Wahai anakku..! Jauhilah dari bersifat dusta, sebab berbohong itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung; padahal sedikit saja berdusta, itu telah memberikan akibat yang berbahaya.”

23. “Wahai anakku..! Sesiapa yang berbohong, maka hilanglah air mukanya; dan sesiapa yang buruk akhlaknya, maka banyaklah duka-citanya.”

24. “Wahai anakku..! Bersabarlah di atas apa yang menimpa dirimu, karena yang demikian itu dapat menambah keteguhan hatimu, dalam setiap kejadian dan urusan.”

25. “Wahai anakku..! Apabila engkau mempunyai dua pilihan di antara takziah orang mati atau hadir di majelis perkawinan, maka pilihlah untuk menziarahi orang mati; sebab ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat, sedangkan menghadiri pesta perkawinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi saja.”

26. “Wahai anakku..! Janganlah engkau makan hingga berlebihan (sampai kenyang); karena sesungguhnya makan yang terlalu kenyang, adalah lebih baik bila makanan itu diberikan kepada anjing saja.”

27. “Wahai anakku..! Janganlah engkau terus menelan apa saja karena manisnya suatu barang, dan janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu; karena manis belum tentu menimbulkan kesegaran, dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.”

28. “Wahai anakku..! Aku pernah makan makanan yang baik dan memeluk yang terbaik, tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih lezat daripada kesehatan.”

29. “Wahai anakku..! Seandainya perutmu dipenuhi makanan, akan tidurlah akal fikiranmu, terkendala segala hikmah, dan lumpuhlah anggota badan untuk beribadah.”

30. “Wahai anakku..! Apabila perutmu telah penuh sesak dengan makanan, maka akan tidurlah fikiranmu, menjadi lemah hikmahmu, dan berhentilah (menjadi malas) seluruh anggota tubuhmu dari beribadah kepada ﷲ سبحانه وتعالى dan hilanglah kebersihan hati (jiwa) dan kehalusan pengertian; yang dengan sebab keduanya lah dapat diperoleh lezatnya munajat dan berkesannya dzikir pada jiwa.”

31. “Wahai anakku! Makanlah makananmu bersama² dengan orang² yang bertakwa, dan musyawarahkanlah urusanmu dengan para alim ulama, dengan cara meminta nasihat dari mereka.”

32. “Wahai anakku..! Janganlah engkau berlaku durhaka terhadap ibu dan ayahmu dengan apa jua sekalipun, melainkan apabila mereka menyuruhmu durhaka kepada ﷲ سبحانه وتعالى.”

33. “Wahai anakku..! ﷲ سبحانه وتعالى mewasiatkan dirimu; maka berbuat baiklah dengan ibu dan ayahmu. Dan janganlah engkau menghardik mereka dengan perkataan, maupun perbuatan yang dibenci oleh ﷲ سبحانه وتعالى.”

34. “Wahai anakku..! Seandainya ibu bapakmu marah kepadamu karena kekhilafan yang kamu lakukan, maka marahnya ibu bapakmu adalah bagaikan baja bagi tanam²an.”

35. “Wahai anakku..! Orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadah, dan taat kepada ﷲ سبحانه وتعالى, maka dia tawadhuk kepada ﷲ سبحانه وتعالى; dia akan lebih dekat kepada-Nya, dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada ﷲ سبحانه وتعالى.”

36. “Wahai anakku..! Seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai orang; dan seorang yang telah rusak akhlaknya, akan senantiasa banyak melamunkan hal² yang tidak benar.”

37. “Wahai anakku..! Seandainya ada sebutir biji sawi terpendam di dalam batu, pasti ketahuan jua oleh Tuhanmu Yang Maha Melihat, ﷲ سبحانه وتعالى Amat Mengetahui segala sesuatu, baik lahir maupun batin, atau apa saja yang engkau sembunyikan di dalam dadamu.”

38. “Wahai anakku..! Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah, daripada memberi pengertian kepada orang² yang tidak mau untuk mengerti.”

39. “Wahai anakku..! Engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih berat lagi daripada semua itu, ialah bilamana engkau mempunyai hati/sifat yang jahat.”

40. “Wahai anakku..! Aku pernah memindahkan batu bata dan memikul besi, tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih berat daripada hutang.”

41.  “Wahai anakku..! Jauhkanlah dirimu dari berhutang, karena sesungguhnya berhutang itu bisa menjadikan dirimu hina di waktu siang, dan gelisah di waktu malam.”

42. “Wahai anakku..! Apakah tidak engkau perhatikan, apa yang ﷲ سبحانه وتعالى bentangkan bagimu apa saja yang ada di langit dan di bumi, melainkan semua itu adalah kebaikan yang amat banyak.

43. “Wahai anakku..! Apa saja yang engkau nikmati di kehidupan dunia ini, lantaran karunia-Nya yang penuh keamanan, keimanan, dan kebaikan yang melimpah ruah; di taman dunia yang subur dan mekar dengan bunga² serta tumbuhan² yang berseri².

44. “Wahai anakku..! Ambillah harta dunia ini hanya sekedar keperluanmu saja, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekal akhiratmu.”

45. “Wahai anakku..! Janganlah engkau condong kepada urusan dunia, dan hatimu selalu disusahkan oleh dunia saja; karena engkau diciptakan  ﷲ سبحانه وتعالى bukanlah untuk dunia saja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.”

46. “Wahai anakku..! Janganlah engkau buang dunia ini ke tempat sampah, karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya, janganlah engkau peluk dunia ini, serta meneguk habis airnya, karena sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka.”

47. “Wahai anakku..! Tidak ada kebaikan bagimu untuk mempelajari apa yang belum kamu tahu, sedangkan kamu belum beramal dengan apa yang kamu tahu.”

48. “Wahai anakku..! Ingatlah selalu dua perkara, yaitu  ﷲ سبحانه وتعالى dan mati; dan lupakan dua perkara lain, yaitu kebaikanmu terhadap hak dirimu dan kebaikanmu terhadap orang lain.”

49. “Wahai anakku.! Kehinaan di mata manusia dalam melakukan ketaatan kepada  ﷲ سبحانه وتعالى  itu lebih baik, karena dapat mendekatkan diri; daripada mulia di mata mereka, namun penuh dengan maksiat (berdosa) kepada-Nya. Janganlah engkau menunda² melakukan taubat, sebab kematian datangnya tiba², sedang malaikat maut tidak memberitahukannya terlebih dulu.

50. “Wahai anakku..! Sesungguhnya berlama² dalam kesendirian itu dapat membantumu untuk memahami suatu hal (berfikir), dan berlama² dalam berfikir itu adalah petunjuk jalan menuju syurga.”

Begitulah 50 nasihat yang diberikan oleh Luqman Al-Hakim kepada putra kesayangannya. Semoga darinya dapat kita petik pelajaran, dapat kita amalkan, serta bermanfaat juga kepada diri kita semuanya.

والله أعلم بالصواب
²

Jumat, 24 Januari 2014

Islam Mengajak Berfikir dengan Akal & Hati, Bukan Mengikuti Persangkaan & Ego



Islam, yang didasarkan pada konsepsi yang sempurna tentang alam semesta, merupakan sebuah agama yang realitistis lagi lengkap. Dalam Islam, semua aspek kebutuhan manusia, baik kebutuhan jasmaniah maupun kebutuhan spiritual, intelektual maupun mental, kebutuhan individu maupun masyarakat, ke­butuhan yang berkenaan dengan dunia fana ini maupun akhirat, semua mendapat perhatian.
  
1. Ajaran Islam Meliputi Tiga bagian
   
a. Ajaran doktrinal atau prinsip pokok
  
Dalam ajaran doktrinal atau prinsip pokok ini, semua orang diminta beriman. Tugas yang harus ditunaikan dalam hal ini adalah semacam kerja ilmiah dan penelitian.
  
b. Hukum moral atau kualitas
  
Hukum yang harus ditanamkan seorang Muslim pada dirinya. Seorang Muslim juga harus menghindari kualitas yang bertentangan dengan hukum moral. Tugas yang harus dilakukan dalam hal ini adalah semacam pembangunan karakter.
  
c. Hukum atau garis kebijaksanaan
  
Berkenaan dengan aktivitas manusia, entah yang berkaitan dengan dunia fana ini, atau yang berkaitan dengan akhirat, entah aktivitas orang seorang atau aktivitas bersama (sosial).
  
Sejauh menyangkut ajaran doktrinal, Islam menganggap belum cukup, dengan hanya menerima begitu saja ajaran doktrinal, atau menerimanya karena sudah menjadi tradisi keluarga. Setiap orang berkewajiban menerima ajaran doktrinal dengan sukarela dan independen setelah meyakini kebenaran ajaran tersebut.
  
Dari sudut pandang Islam, ibadah tidak hanya ibadah fisik saja seperti sholat dan puasa, atau tidak hanya ibadah finansial saja seperti membayar khumus dan zakat. Ada ibadah yang lain, ibadah jenis ini berupa berpikir dan merenung. Karena ibadah mental ini membuat manusia sadar, maka ibadah ini jauh lebih baik dibandingkan bertahun-tahun melakukan ibadah fisik.
  
2. Penyebab Berpikir Keliru
  
Alloh SWT melalui Al-Qur‘an menyuruh manusia untuk berpikir dan menarik kesimpulan. Di dalam Al-Qur‘an, berpikir merupakan bagian dari ibadah. Alloh SWT melalui Al-Qur‘an tidak mau kalau orang mempercayai ajaran doktrinal. Al-Qur‘an bukan dari hasil berpikir seseorang atau pun beberapa orang, melainkan dari Firman Alloh SWT. Dalam hubungan ini, Islam memperhatikan satu hal pokok. Islam menunjukkan penyebab berpikir keliru sejumlah orang, dan menjelaskan bagaimana cara menghindari kekeliruan serta penyimpangannya.
  
Al-Qur‘an menyebutkan sejumlah faktor penyebab kekeliruan itu, diantaranya adalah :
  
a. Bersandar Pada Persangkaan, Bukan Pada Pengetahuan yang Pasti

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang, niscaya mereka akan menjauhkanmu dari jalan yang benar. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka.” (TQS. al-An'âm 6: 116)
  
Al-Qur‘an melarang keras mengikuti persangkaan :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung-jawabannya.” (TQS. al-Isrâ' 17: 36)
  
Para filosof mengakui bahwa persangkaan merupakan penyebab utama kekeliruan. Berabad-abad setelah turunnya Al-Qur‘an, Descartes menyebut ini sebagai prinsip pertama logikanya, katanya :

“Aku baru menganggap sesuatu itu sebagai realitas, kalau sesuatu itu sudah jelas bagiku. Aku tak mau ketergesaan, menghubung-hubungkan gagasan dan kecenderungan. Aku hanya menerima apa yang sudah begitu jelas, sehingga tak ada lagi keraguan tentangnya.”
  
b. Prasangka dan Hawa Nafsu
  
Jika manusia ingin memberikan penilaian yang benar, maka dia harus benar-benar bersikap adil. Dengan kata lain, dia harus mencari kebenaran saja, dan menerima tanpa segan-segan apa yang telah dibuktikan. Sikapnya harus seperti hakim pengadilan. Seraya menelaah kasus, hakim harus bersikap netral terhadap klaim kedua belah pihak. Jika hakim berat sebelah kepada satu pihak, maka argumen yang menguntungkan pihak itu secara tidak sadar akan menarik perhatian hakim, dan argumen yang menyudutkan pihak itu secara otomatis akan diabaikan oleh hakim. Hal itulah yang menyesatkan hakim.
  
Jika manusia bersikap tidak netral dan pikirannya berat sebelah, secara tidak disadari maka arah pemikirannya akan condong ke hawa nafsunya, dan apa yang disukai hawa nafsunya. Itulah sebabnya Al-Qur‘an memandang hawa nafsu dan juga bersandar pada persangkaan sebagai sumber kesalahan.

“Mereka hanyalah mengikuti persangkaan dan apa yang diingini hawa nafsu mereka.” (TQS. an-Najm 6: 23)
  
c. Tergesa-gesa
  
Untuk mengemukakan pendapat mengenai suatu persoalan, kita harus memiliki bukti yang memadai. Kalau belum ada bukti yang cukup, boleh jadi pendapat yang dikemukakan akan salah. Berulang kali Alloh SWT mengatakan dalam Al-Qur‘an bahwa pengetahuan manusia, belum memadai untuk mengemukakan pendapat, mengenai banyak masalah penting. Misalnya :

“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (TQS. al-Isrâ' 17: 85)
  
Dalam dua ayat Al-Qur‘an itu, ada dua peringatan Alloh SWT untuk manusia. Allah SWT berfirman, agar manusia tidak mempercayai sesuatu, kecuali tahu betul tentang sesuatu itu (peringatan agar jangan buru-buru percaya). Dan, Alloh SWT berfirman, agar manusia tidak menolak sesuatu, kecuali tahu dengan pasti tentang sesuatu itu (peringatan agar jangan buru-buru menolak).
  
Dalam sebuah ayat, Alloh SWT berfirman :

“Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan mengenai Alloh kecuali yang benar?” (QS. al-A'râf 7: 169)
  
Dalam ayat lain, Alloh SWT berfirman:

“Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum ketahui dengan pasti.” (TQS. Yunus 10: 39)
  
d. Berpikir Tradisional dan Melihat ke Masa Lalu
  
Kecenderungan alamiah manusia adalah, cepat menerima gagasan atau kepercayaan yang sudah diterima oleh generasi sebelumnya, tanpa memikirkannya lebih jauh lagi. Alloh SWT melalui Al-Qur‘an mengingatkan manusia agar berpikir independen, dan agar tidak menerima apa pun tanpa menilainya dengan seksama, dan semata-mata karena sudah diterima oleh generasi sebelum­nya.

“Tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati pada nenek moyang kami. Walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun dan tidak mendapat petunjuk?” (TQS. al-Baqarah 2: 170)
  
e. Memuja Tokoh
  
Yang juga menyebabkan terjadinya salah berpikir adalah memuja tokoh. Akibat sangat dihormati, tokoh sejarah dan tokoh kontemporer yang termasyhur, mempengaruhi pemikiran dan kehendak orang. Sesungguhnya tokoh-tokoh terkenal mengendalikan pemikiran orang. Orang-rang berpikir seperti pikiran tokoh tersebut, dan berpendapat seperti pendapat tokoh tersebut. Orang tidak berani tampil beda dengan pemikiran tokoh-tokoh itu, dan karena itu orang kehilangan kemerdekaan berpikir dan berkehendak. Alloh SWT melalui Al-Qur‘an menyeru kita agar berpikir independen, dan agar jangan membabi buta mengikuti orang-orang tua, karena dengan berbuat demikian ada kemungkinan kita akan mendapat nasib buruk. Dalam Al-Qur‘an Alloh SWT mengatakan bahwa pada ‘Hari Pengadilan’ orang-orang yang sesat akan berkata:

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar.” (TQS. al-Ahzâb 33: 67)

Kamis, 23 Januari 2014

MEWUJUDKAN KELUARGA QUR'ANI



Mewujudkan Generasi Qur'ani

Membangun peradaban Islam itu kerangkanya harus jelas. Tahu Hilya kan? Dia yang juara Hafidz Indonesia. Usianya lima tahun. Selama mengandung Hilya, ibunya sudah khatam Al-Qur'an 9 kali. Setelah lahir, aqiqohnya dilakukan dengan syar’i.

Setiap sebelum menyusui, ibunya berwudhu terlebih dahulu. Dan saat wudhu, air wudhunya ikut dibasuhkan di dadanya. Tujuannya agar ketika anaknya meminum asi, ia diminum dengan bismillah. Agar setiap air susu yang masuk ke tubuh Hilya mengandung keberkahan.

Anak usia 2.5 sampai 5 tahun adalah seorang peniru sejati. Ibunya setiap cuci piring, atau melakukan hal-hal kecil lainnya, sembari menggumamkan tartil Qur'an, maka Hilya menirunya.

Ayah juga tidak kalah penting perannya dalam membangun generasi Qur'ani, yaitu saat Ayah memilihkan Ibu yang baik kepada anak-anaknya kelak. Karena memilihkan Ibu yang baik merupakan salah satu hak anak yang harus diberikan bahkan saat mereka belum lahir.
"Seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan : hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah wanita yang beragama, maka engkau akan beruntung." (HR. Al-Bukhori no. 5090)

MENINGGAL DI MALAM JUM’AT



Salah satu fadhilah / keutamaan ‘idul mu’minin (Jum’at) adalah :

ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺍﻭ ﻟﻴﻠﺘﻬﺎ ﺭﻓﻊ ﻋﻨﻪ ﻋﺬﺍﺏ ﺍﻟﻘﺒﺮ ( ﻭﻓﻰ ﺍﻻﺣﻴﺎﺀ ﻟﻠﻐﺰﺍﻟﻰ ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ

ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺍﻭ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﻛﺘﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ ﺍﺟﺮ ﺷﻬﻴﺪ ﻭﻭﻗﻰ ﻓﺘﻨﺔ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺃﻯ ﻭﺫﺍﻟﻚ ﺑﺸﺮﻁ

ﺍﻻﻳﻤﺎﻥ

Rosululloh  bersabda :

“Barang siapa yang meninggal di hari jum’at atau malamnya, maka akan dihilangkan siksa kubur darinya.
Dan dalam Ihya'nya Al-Ghozali, Rosululloh  bersabda :

Barang siapa yang meninggal di hari Jum’at atau malam Jum’at, maka Allah Ta’ala akan mencatat baginya pahala syahid dan melindunginya dari fitnah kubur, yakni meninggalnya tersebut dengan syarat beriman (membawa iman).”
Tanqihul Qaul..


والله أعلم بالصواب

Rabu, 22 Januari 2014

INFOKAN KEPADA SAUDARA-SAUDARA KITA YANG MUSLIMIN & MUSLIMAH



sekarang ini lagi ngetrend²nya pakaian yang bergambarkan begini
tidak hanya ada pada baju sih, terkadang ada juga pada bendera²
dan juga di tempat jualan kaligrafi

perlu dicatat & diingat, ini artinya kurang lebih adalah :
"Doa Bapak Kami" untuk Yesus Kristus
masih banyak orang beragama Islam (termasuk saya) yang tidak pandai berbahasa Arab, sedangkan kaum non Muslim sekarang pada getol²nya belajar bahasa Arab, dan tidak jarang hal seperti ini mengelabui kita...

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

ISTILAH-ISTILAH HASIL PROSES BABI


#ThisProductContainsSubstanceFromPorcine (Produk ini mengandung zat dari babi)
#TheSourceOfGelatinCapsuleIsPorcine (Kapsul dari gelatin babi)

Saudara² Muslim berhati²lah dalam memilih MAKANAN. Berikut adalah istilah² sains yg digunakan dalam produk yg mengandung unsur BABI :


1.#PORK : Istilah yg digunakan untuk daging babi di dalam masakan.
2.#SWINE : Istilah yg digunakan untuk keseluruhan kumpulan spesies babi.
3. #HOG : Istilah untuk babi dewasa, berat melebihi 50 kg.
4. #BOAR : Babi liar.
5. #LARD : Lemak babi yg digunakan untuk membuat minyak masakan dan sabun.
6. #BACON : Daging hewan yg disalai, termasuk babi.
7. #HAM : Daging pada bagian paha babi.
8. #SOW : Istilah untuk babi betina dewasa (jarang digunakan).
9. #SOW_MILK : Susu babi.
10. #PIG : Istilah umum untuk seekor babi atau sebenarnya bermaksud babi muda, berat kurang dari 50 kg.
11. #PORCINE : Istilah yg digunakan untuk sesuatu yg berkaitan atau berasal dari babi.

Sebarkan kepada saudara² kita agar lebih berhati². Semoga Alloh SWT akan membalas jasa baik anda, dan semoga Alloh memelihara kita di dunia dan di akhirat.



TANGISAN ANAK ADA RAHMATNYA



Apabila anak kecil kadang suka menangis, maka janganlah kalian memukul mereka. Mereka bukan menangis karena semaunya sendiri (suka-suka), melainkan mereka menangis karena TIGA perkara :

Dalam usia SETAHUN anak :
  1. 4 bulan pertama tangisan mereka adalah untuk MENTAUHIDKAN TUHAN nya;
  2. 4 bulan kedua tangisan mereka adalah untuk BERSHOLAWAT kepada NABI nya;
  3. 4 bulan seterusnya tangisan mereka adalah untuk MENDOAKAN AYAH-BUNDA MEREKA dan memohon AMPUN untuk keduanya.

Baginda Rosululloh  bersabda :

“Janganlah kamu PUKUL anak-anak kamu disebabkan mereka MENANGIS dalam masa setahun karena pada 4 bulan pertama dari lahirnya ia BERSYAHADAT LAA ILLAAHA ILLALLAH. Pada 4 bulan kedua ia bersholawat ke atas-Ku. Dan 4 bulan seterusnya ia mendoakan kedua ibu-bapaknya.” ( H.R. Abdullah Ibnu Umar r.a. )

Pada riwayat yang lain, Baginda Rosululloh  bersabda :

“Tangis anak di waktu kecil adalah pada 4 bulan pertama ia bertauhid dan 4 bulan kedua dia bersholawat atas Nabi dan 4 bulan seterusnya ia beristighfar bagi ayah-bundanya.”

Imam Anas bin Malik r.a. meriwayatkan, bahwa Bagida Rosululloh  bersabda :

“Anak-anak SEBELUM sampai BALIGH apa-apa yang diperbuat daripada KEBAIKAN maka dituliskan untuk dirinya dan untuk kedua ayah-bundanya. Dan apa-apa yang diperbuatnya daripada KEJAHATAN maka tiadalah dituliskan untuk dirinya dan tidak juga untuk kedua ayah-bundanya. Tetapi apabila telah BALIGH berlakulah yang ditulis itu atasnya yaitu BAIK dan BURUKNYA.”