Sabtu, 15 Februari 2014

50 Nasihat Luqman Al-Hakim Kepada Anaknya


Nasehat Terbaik Dari Seorang Ayah Yang diabadikan dalam Al-Quran

Ialah Luqman Al-Hakim, seorang ayah yang penuh dengan hikmah kebijaksanaan, mengajarkan kepada anaknya ilmu yang datang dari sisi ﷲ سبحانه وتعالى. Beliau pernah berpesan dan memberikan lebih dari 50 nasihat kepada anaknya. Di antaranya ialah:

1. “Wahai anak kesayanganku..! ﷲ سبحانه وتعالى memperhatikan dirimu dalam kepekatan malam, semasa engkau sholat atau tidur terlena di belakang tabir di dalam istana. Dirikanlah sholat dan janganlah engkau merasa ragu untuk meninggalkan perkara makruh, serta melempar jauh² segala kejahatan dan kekejian.”

2. “Wahai anakku..! Selalulah berharap kepada ﷲ سبحانه وتعالى tentang sesuatu yang menyebabkanmu untuk tidak mendurhakai-Nya. Takutlah kepada  ﷲ سبحانه وتعالى dengan sebenar² takut (takwa), maka dengan begitu tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat-Nya.

3. “Wahai anakku..! janganlah engkau mempersekutukan ﷲ سبحانه وتعالى (dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kedzaliman yang besar.”

4. “Wahai anakku..! Bersyukurlah kepada Tuhanmu karena kurnia-Nya. Orang yang mulia tidak mengingkari Penciptanya kecuali orang² yang kufur.”

5. “Wahai anakku..! Bukanlah satu kebaikan namanya, bilamana engkau selalu mencari ilmu, tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubahnya seperti orang yang mencari kayu api, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mau menambahkannya.”

 6.  “Wahai anakku..! Ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Jika engkau ingin selamat, maka janganlah sampai ikut²an karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama TAKWA, isinya ialah IMAN dan layarnya adalah TAWAKKAL kepada ﷲ سبحانه وتعالى.”

7. “Wahai anakku..! Orang² yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari ﷲ سبحانه وتعالى. Orang yang insyaf dan sadar setelah menerima nasihat orang lain, maka dia akan senantiasa menerima kemulian dari ﷲ سبحانه وتعالى juga.”

8.  “Wahai anakku..! Jadikanlah dirimu dalam segala tingkah-lakumu, sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian, atau mengharap sanjungan orang lain, karena itu adalah sifat riya’ yang akan mendatangkan sifat tercela pada dirimu.”

9.   “Wahai anakku..! Janganlah engkau berjalan dengan sombong serta takabur, ﷲ سبحانه وتعالى tidak meridhoi orang² yang sombong dan takabur.”

10. “Wahai anakku..! Jagalah selalu tutur katamu dengan baik, dan haluskan bahasamu, serta maniskan wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain, yang pernah memberikan barang yang berharga.”

11. “Wahai anakku..! Bilamana engkau mau mencari kawan sejati, maka ujilah dia terlebih dahulu dengan berpura² membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsyafkan kamu, maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati²lah.”

12. “Wahai anakku..! Apabila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu darinya. Namun, biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.”

13. “Wahai anakku..! Sesiapa yang penyayang, tentu akan disayangi; sesiapa yang pendiam, akan selamat dari perkataan yang mengandung racun; dan sesiapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor, tentu akan menyesal.”

14. “Wahai anakku..! Bergaul-rapatlah dengan orang² yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata² nasihatnya, karena sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasehatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata²nya, bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.”

15. “Wahai anakku..! Janganlah engkau mudah tertawa, kalau bukan karena sesuatu yang menggelikan hati; janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti; janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada gunanya bagimu; dan janganlah menyia²kan hartamu.”

16. “Wahai anakku..! Sekiranya kamu di dalam sholat, jagalah hatimu; sekiranya kamu makan, jagalah kerongkonganmu; sekiranya kamu berada di rumah orang lain, jagalah kedua matamu; dan sekiranya kamu berada di kalangan manusia, jagalah lidahmu.”

17. “Wahai anakku..! Usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata² yang busuk dan kotor serta kasar, karena engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, berusahalah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.”

18. “Wahai anakku..! Berdiam diri itu adalah hikmah (perbuatan yang bijak), sebab amatlah sedikit orang² yang melakukannya.”

19. “Wahai anakku..! Janganlah engkau mengantarkan orang yang tidak cerdik sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimu saja yang layak menjadi utusan.”

20. “Wahai anakku..! Janganlah engkau bertemankan dengan orang² yang bersifat bermuka dua (munafik), kelak ia akan membinasakan dirimu.”

21. “Wahai anakku..! Sesungguhnya orang² yang bermuka dua (munafik), bukan seorang yang jujur di sisi ﷲ سبحانه وتعالى.”

22. “Wahai anakku..! Jauhilah dari bersifat dusta, sebab berbohong itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung; padahal sedikit saja berdusta, itu telah memberikan akibat yang berbahaya.”

23. “Wahai anakku..! Sesiapa yang berbohong, maka hilanglah air mukanya; dan sesiapa yang buruk akhlaknya, maka banyaklah duka-citanya.”

24. “Wahai anakku..! Bersabarlah di atas apa yang menimpa dirimu, karena yang demikian itu dapat menambah keteguhan hatimu, dalam setiap kejadian dan urusan.”

25. “Wahai anakku..! Apabila engkau mempunyai dua pilihan di antara takziah orang mati atau hadir di majelis perkawinan, maka pilihlah untuk menziarahi orang mati; sebab ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat, sedangkan menghadiri pesta perkawinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi saja.”

26. “Wahai anakku..! Janganlah engkau makan hingga berlebihan (sampai kenyang); karena sesungguhnya makan yang terlalu kenyang, adalah lebih baik bila makanan itu diberikan kepada anjing saja.”

27. “Wahai anakku..! Janganlah engkau terus menelan apa saja karena manisnya suatu barang, dan janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu; karena manis belum tentu menimbulkan kesegaran, dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.”

28. “Wahai anakku..! Aku pernah makan makanan yang baik dan memeluk yang terbaik, tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih lezat daripada kesehatan.”

29. “Wahai anakku..! Seandainya perutmu dipenuhi makanan, akan tidurlah akal fikiranmu, terkendala segala hikmah, dan lumpuhlah anggota badan untuk beribadah.”

30. “Wahai anakku..! Apabila perutmu telah penuh sesak dengan makanan, maka akan tidurlah fikiranmu, menjadi lemah hikmahmu, dan berhentilah (menjadi malas) seluruh anggota tubuhmu dari beribadah kepada ﷲ سبحانه وتعالى dan hilanglah kebersihan hati (jiwa) dan kehalusan pengertian; yang dengan sebab keduanya lah dapat diperoleh lezatnya munajat dan berkesannya dzikir pada jiwa.”

31. “Wahai anakku! Makanlah makananmu bersama² dengan orang² yang bertakwa, dan musyawarahkanlah urusanmu dengan para alim ulama, dengan cara meminta nasihat dari mereka.”

32. “Wahai anakku..! Janganlah engkau berlaku durhaka terhadap ibu dan ayahmu dengan apa jua sekalipun, melainkan apabila mereka menyuruhmu durhaka kepada ﷲ سبحانه وتعالى.”

33. “Wahai anakku..! ﷲ سبحانه وتعالى mewasiatkan dirimu; maka berbuat baiklah dengan ibu dan ayahmu. Dan janganlah engkau menghardik mereka dengan perkataan, maupun perbuatan yang dibenci oleh ﷲ سبحانه وتعالى.”

34. “Wahai anakku..! Seandainya ibu bapakmu marah kepadamu karena kekhilafan yang kamu lakukan, maka marahnya ibu bapakmu adalah bagaikan baja bagi tanam²an.”

35. “Wahai anakku..! Orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadah, dan taat kepada ﷲ سبحانه وتعالى, maka dia tawadhuk kepada ﷲ سبحانه وتعالى; dia akan lebih dekat kepada-Nya, dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada ﷲ سبحانه وتعالى.”

36. “Wahai anakku..! Seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai orang; dan seorang yang telah rusak akhlaknya, akan senantiasa banyak melamunkan hal² yang tidak benar.”

37. “Wahai anakku..! Seandainya ada sebutir biji sawi terpendam di dalam batu, pasti ketahuan jua oleh Tuhanmu Yang Maha Melihat, ﷲ سبحانه وتعالى Amat Mengetahui segala sesuatu, baik lahir maupun batin, atau apa saja yang engkau sembunyikan di dalam dadamu.”

38. “Wahai anakku..! Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah, daripada memberi pengertian kepada orang² yang tidak mau untuk mengerti.”

39. “Wahai anakku..! Engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih berat lagi daripada semua itu, ialah bilamana engkau mempunyai hati/sifat yang jahat.”

40. “Wahai anakku..! Aku pernah memindahkan batu bata dan memikul besi, tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih berat daripada hutang.”

41.  “Wahai anakku..! Jauhkanlah dirimu dari berhutang, karena sesungguhnya berhutang itu bisa menjadikan dirimu hina di waktu siang, dan gelisah di waktu malam.”

42. “Wahai anakku..! Apakah tidak engkau perhatikan, apa yang ﷲ سبحانه وتعالى bentangkan bagimu apa saja yang ada di langit dan di bumi, melainkan semua itu adalah kebaikan yang amat banyak.

43. “Wahai anakku..! Apa saja yang engkau nikmati di kehidupan dunia ini, lantaran karunia-Nya yang penuh keamanan, keimanan, dan kebaikan yang melimpah ruah; di taman dunia yang subur dan mekar dengan bunga² serta tumbuhan² yang berseri².

44. “Wahai anakku..! Ambillah harta dunia ini hanya sekedar keperluanmu saja, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekal akhiratmu.”

45. “Wahai anakku..! Janganlah engkau condong kepada urusan dunia, dan hatimu selalu disusahkan oleh dunia saja; karena engkau diciptakan  ﷲ سبحانه وتعالى bukanlah untuk dunia saja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.”

46. “Wahai anakku..! Janganlah engkau buang dunia ini ke tempat sampah, karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya, janganlah engkau peluk dunia ini, serta meneguk habis airnya, karena sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka.”

47. “Wahai anakku..! Tidak ada kebaikan bagimu untuk mempelajari apa yang belum kamu tahu, sedangkan kamu belum beramal dengan apa yang kamu tahu.”

48. “Wahai anakku..! Ingatlah selalu dua perkara, yaitu  ﷲ سبحانه وتعالى dan mati; dan lupakan dua perkara lain, yaitu kebaikanmu terhadap hak dirimu dan kebaikanmu terhadap orang lain.”

49. “Wahai anakku.! Kehinaan di mata manusia dalam melakukan ketaatan kepada  ﷲ سبحانه وتعالى  itu lebih baik, karena dapat mendekatkan diri; daripada mulia di mata mereka, namun penuh dengan maksiat (berdosa) kepada-Nya. Janganlah engkau menunda² melakukan taubat, sebab kematian datangnya tiba², sedang malaikat maut tidak memberitahukannya terlebih dulu.

50. “Wahai anakku..! Sesungguhnya berlama² dalam kesendirian itu dapat membantumu untuk memahami suatu hal (berfikir), dan berlama² dalam berfikir itu adalah petunjuk jalan menuju syurga.”

Begitulah 50 nasihat yang diberikan oleh Luqman Al-Hakim kepada putra kesayangannya. Semoga darinya dapat kita petik pelajaran, dapat kita amalkan, serta bermanfaat juga kepada diri kita semuanya.

والله أعلم بالصواب
²

Tidak ada komentar:

Posting Komentar